Rabu, 11 Februari 2015

PENGERTIAN BID'AH

Felajaran tentang BID'AH
Sebelum dibaca lebih apdolll Bikin Coffi dulu terus sambil ngobong Menyannn
Biasanya yang bicara Bid'ah Boida'ah itu kan Ngulama Wahabi ,nah skrng Kamfsu UMI akan mencoba Membedah tentang BID'AH dengan bebrapa Aspek Ilmu
-Ilmu Balaghoh -
-Nahwu
-Shorof
-Ushul Fiqih
Fendahuluan
Sebagaimana kita ketahui belakangan bnyk skali orang yang berfatwa bahwa Maulidan Bidah tahlilan Bidah Haul bidah dll bahkan sampe bilang Kentongan Bid'ah ckckckck
Merka merujuk sebuah hadis
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Sayangnya merka memahami hadis ini membabi buta sehingga fatwa " nylneh pun keluar dari bibi"r para chybi wahabi
Okee langsung sajaaaa
Seruputt dulu coffinya biar fresss
Mari kita bahs sedikit tentang lafad
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Pada lafad di atas lafad
بِدْعَةٍ itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas;
Dalam Ilmu Balaghah dikatakan,
حدف الصفة على الموصوف
“membuang sifat dari benda yang bersifat”.
Jadi jika ditulis lengkap dengan sifat dari bid’ah kemungkinannya adalah
a. Kemungkinan pertama :
كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Semua “bid’ah yang baik” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat (dholalah) berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu mustahil.
b. Kemungkinan kedua :
كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّاِر
Semua “bid’ah yang jelek” itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka
Jadi kesimpulannya bid’ah yang sesat masuk neraka adalah bid’ah sayyiah (bid’ah yang jelek).
Hal ini sesuai pula jika ditinjau dari ilmu nahwu
Kalimat bid’ah (بدعة) di sini adalah bentuk ISIM (kata benda) bukan FI’IL (kata kerja).
Dalam ilmu nahwu menurut kategorinya Isim terbagi 2 yakni Isim Ma’rifat (tertentu) dan Isim Nakirah (umum).
Nah.. kata BID’AH ini adalah isim Naqiroh
Apa itu isim naqiroh Mbahhh
Sperti dalam Kitab Alfiah Ibnu Malik di terangkan
Yang namnya isin naqiroh adalahh:
نَكِرَةٌ قَـــــابِلُ أَلْ مُؤثِّــــرَاً ¤ أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعَ مَا قَدْ ذُكِرَا
Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas ma’rifat, atau Isim yang menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifat)
Soo sangat jelas kalo lafad بدعة adalah kalimah isim Naqiroh
Kenapa tidak isim Ma'rifat saja Mbahh??
Kalimah isim ma'rifitu cuman ada 5
1. Isim dhomir
2. Isim alam
3. Isim isyaroh
4. Isim maushul
5. Ber alif lam
Dal lafad بدعة bukan merupakan bagian dari Isim Ma’rifat.
Jadi kalimat bid’ah di sini
كُلُّ adalah Isim Nakiroh dan di sana berarti tidak ber-idhofah (bersandar) kepada salah satu dari yang 5 di atas. Seandainya
كُلُّ ber-idhofah kepada salah satu yang 5 di atas, maka ia akan menjadi ma’rifat. Tapi pada ‘
كُلُّ بِدْعَةٍ’, ia ber-idhofah kepada.
nakiroh. Sehingga dhalalah-nya adalah bersifat ‘am (umum). Sedangkan setiap hal yang bersifat umum pastilah menerima pengecualian.
Contoh Contoh lafal umum yang dikhususkan dengan al-hiss, seperti firman Allah:
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ
"Angin yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada kaum yang berdosa." (QS Al-Ahqoof : 25).
Tentunya indra kita mengetahui bahwasanya kenyataannya tidak semuanya yang dihancurkan oleh angin tersebut, langit dan bumi tidak dihancurkan oleh angin tersebut buktinya sampe skrng masih ada too hehe
. Lafad كُلَّ berarti tidak harus bermakna semua tapi ada juga sebagian
Begitu juga dalam lafad
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Tidak semua bidah itu sesat
Hal ini juga di tegaskan Ulama yang sholeh, bersanad ilmu tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seperti Imam Nawawi ra yang bermazhab Syafi’i mengatakan
قَوْلُهُ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ هَذَاعَامٌّ مَخْصٍُوْصٌ وَالْمُرَادُ غَالِبُ الْبِدَعِ .
“Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Kullu Bid’ah dlalalah” ini adalah ‘Amm Makhshush, kata-kata umum yang dibatasi jangkauannya. Jadi yang dimaksud adalah sebagian besar bid’ah itu sesat, bukan seluruhnya.” (Syarh Shahih Muslim, 6/154).
Kesimpulanya sudah sangat jelas Bahwa tidah semua bidah itu sesat sperti kebanyakan perkata'an " wahabi yang mengartikan sebuah hadis dengan membabi buta
Sehingga merekapun mengeluarkan fatwa
Tahlilan maulidan dll pokoknya sgala sesuatu Amalan yang tidak ada di zaman Rosulullah adalah Bidah
Padahal Bidah sendiri bukanlah sebuah hukum
Dalam Ushul Fiqih
Hukum islam sendiri sudah jelas kalo hukum Islam ada 5
Majib
Sunah
Mubah
Makruh
Haram
Ga ada satu Imam Madhab menjadikan Bidah sebuah hukum
Bidah adalah sesuatu yang harus di hukumi
Ada lagi Kebiasaan wong " wahabi menggunakan hadis ini untuk menuduh amalan kita dengan kata Bidah
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
_____________________
Mari kita udari hadis tersebut dengan berbagai alat heeh e
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
Mari kita bahas sedikit
Hadis ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Kita coba dulu
Meninjau dari sisi ilmu lughoh :
- I’rab nahwunya :
ﻣﻦ : adalaha isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi
mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus
syartiyyah ba’dahu.
ﺍﺣﺪﺙ : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin
fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.
ﻓﻲ : Harfu jar
ﺍﻣﺮﻧﺎ :majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa
dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli
jarring mudhoofun ilaihi
ﻫﺬﺍ : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin
sifatun liamrin
ﻣﺎ : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih
ﻟﻴﺲ : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khobar
,
wa ismuha dhomir mustatir jawazan taqdiruhu huwa
ﻣﻨﻪ : min harfu jarrin wa hu
dhomir muttashil mabniyyun
alad dhommi wahuwa littab’iidh
ﻓﻬﻮ : al-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil
mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada
ﺭﺩ : khobar mubtada marfuu’un wa alamatu rof’ihi
dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
------------------------------------------»
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa
yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu
urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak
sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru
itu ditolak “
Makna makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang
sudah masyhur :
ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﺃﻭ ﺃﺛﺮﺍ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ، ﻭﻣﺎ
ﺃﺣﺪﺙ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩﺓ
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’
atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan
perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu
semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :
ﻭﺟﻌﻠﻨﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺗﺒﻌﻮﻩ ﺭﺃﻓﺔ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻴﺔ ﺍﺑﺘﺪﻋﻮﻫﺎ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﻨﺎﻫﺎ
ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺇﻟﺎ ﺍﺑﺘﻐﺎﺀ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :
ﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ
ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ، ﻭﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭﻫﺎ
ﻭﻭﺯﺭ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam
sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR.
Muslim)
-----------------------------------------------------------
Skarang mari kita lihat hadis tersebut denga ilmu BALAGHOH :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “,
misalnya sholat dengan bahsa Indonesia, mengingkari
taqdir, mengakfir-kafirkan orang,dll.
Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
bersumber dari syareat, maka itu diterima “
Contohnya
sangat banyak skali sprti pembukuan Al-Quran,
pemberian titik al-Quran, mauled, tahlilan, khol, sholat
trawikh berjama’ah dll.
Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat
mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat
terawikh berjama’ah :
ﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﺬﻩ
“ Inilah sebaik-baik bid’ah “
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :
ﻓﻜﺎﻥ ﺧﺒﻴﺐ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺳﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺘﻞ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat
ketika akan dibunuh”.
(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah
dalam kitab al-Mushannaf)
Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb
tidak akan berkata demikian.
________________________
Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari
wahhabi salafi :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam
agama, maka ia tertolak “
Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja
membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang
bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ
ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak
ada perintahnya, maka ia tertolak “
Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan
sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-
nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada
perintahnya).
Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ
ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﺄﻣﻮﺭﺍ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan
sebuah pengelabuan pada umat muslim.
Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul
Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah
sesat, ini dalilnya :
ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ
ﺩﺍﻭﺩ
Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus
(lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil
yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas.
Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang
brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :
ﺃﺷﺎﺭ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ
ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﺠﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺻﺤﻒ ﺣﻴﻦ ﻛﺜﺮ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ
ﻭﻗﻌﺔ ﺍﻟﻴﻤﺎﻣﺔ ﻓﺘﻮﻗﻒ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻗﺎﻝ": ﻛﻴﻒ ﻧﻔﻌﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؟"
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻋﻤﺮ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ". ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻋﻤﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻪ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻩ
ﻟﻪ ﻭﺑﻌﺚ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻜﻠﻔﻪ ﺑﺘﺘﺒﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺟﻤﻌﻪ ﻗﺎﻝ
ﺯﻳﺪ": ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻟﻮ ﻛﻠﻔﻮﻧﻲ ﻧﻘﻞ ﺟﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺒﺎﻝ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺛﻘﻞ ﻋﻠﻲ ﻣﻤﺎ ﻛﻠﻔﻨﻲ ﺑﻪ ﻣﻦ
ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ". ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺪ": ﻛﻴﻒ ﺗﻔﻌﻠﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ". ﻗﺎﻝ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ" ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻨﻲ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﺪﺭﻱ ﻟﻠﺬﻱ ﺷﺮﺡ ﻟﻪ ﺻﺪﺭ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ .
“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu
mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran
telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam
dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “
Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu
mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya.
Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah
aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu
gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal
yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar
mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar
trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku
sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu
Bakar “.
Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah
merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya,
namun bukan berarti itu buruk.
ika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah
berkata :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﺇﻥ ﺭﺁﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﺴﻨﺔ
“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang
menganggapnya baik “.
Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah
tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya
baik
. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan
mndengarkan lagu dangdutan..
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa
semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2
mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah
berkata :
ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha.
Lebih
lengkapnya :
ﻋﻦ ﺍﻷﻋﺮﺝ ﻗﺎﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻀﺤﻰ ﻓﻘﺎﻝ": ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ
ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ
“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar
tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah
dan sebaik-baik bid’ah “.
Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar
tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ??
sungguh sangat jauh dr hal itu.
KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah
adalah :
ﻭﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺑﻤﻮﺍﻓﻘﺔ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻋﺪﻣﻬﺎ
“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok
syare’at “.
- Orang yang mengartikan hadits :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Dengan : “ Bar angsiapa yang melakuakn hal baru maka
itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru
tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.
Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah
berbuat bid’ah dholalah / sesat, akrena tidak ada
dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun
atsarnya..
Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi
Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang
telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min
dzaalik..
------------------------------------------------------------------------
Wess umbee se kopinee
Nah intinya Kalo kita salah memahami hadis tentang bidah yo seperti itu dengan gampangnya bisa menuduh amalan" orang lain dengan kata bidah dll padahal mereka bidah saja nga tau :V
‪#‎Sarkub‬ ‪#‎Aswaja‬ ‪#‎KampusMenyan‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar